MCUT Summer Camp 2024

MoU Signing

Wednesday, 24 April 2024

Intern Story-Lilis Nur Hidayati

Halo sobat OIA, perkenalkan nama saya Lilis Nur Hidayati. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan magister program studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang dan satu semester ke belakang telah mengikuti program magang/ internship di Kantor Hubungan Internasional (Office of International Affairs/OIA) UM yang berhasil ‘memaksa’ saya untuk melakukan hal-hal baru. Maka, tulisan saya kali ini akan bersifat sangat personal dan semoga dapat memberi gambaran untuk teman-teman yang ingin mengikuti program magang Batch V.
Jika dulunya menulis berita merupakan hal yang sangat saya hindari, maka OIA lah yang justru membuat saya ketagihan untuk membuat liputan. Begitu juga pengalaman menjadi Master of Ceremony, apalagi menggunakan Bahasa Inggris. Walaupun sejalan dengan jurusan saya, namun membuat jokes atau kalimat-kalimat menarik agar para peserta tetap bersemangat untuk mengikuti acara sampai selesai adalah tantangan bagi saya. Tentu awalnya grogi dan kikuk, namun teman-teman di OIA sangat suportif, jujur memberi masukan, dan selalu mendukung saya untuk mencoba lagi.
Selain itu, bekerja dikejar deadline bukan menjadi hal baru bagi kami para intern, karena kami wajib terbiasa dengan padatnya kegiatan OIA dan tuntutan keluarga untuk tetap mempertahankan IPK. Maka dari itu tidak heran jika mobilitas kami sehari-hari adalah seputar gedung kuliah dan kantor HI. Di beberapa kesempatan kita juga harus ke kantor imigrasi dan bandara, bahkan pasar tradisional untuk mengurus berbagai keperluan, mulai dari menjemput mahasiswa asing, mengurus berkas, atau mengantar mereka mencari beberapa barang. Intinya, menjadi intern di OIA berarti siap menerima ilmu dari segala macam bidang.
Dari OIA jugalah saya bertemu dengan teman-teman baru, baik dari dalam maupun luar negeri yang tentunya menjadi sarana yang tepat bagi saya untuk mempraktikkan Bahasa Inggris. Tidak hanya itu, bertemu dengan teman-teman dari luar negeri berarti juga belajar tentang kebiasaan dan budaya mereka. Dari kegiatan Universitas Negeri Malanginternational Camp (UM iCamp) misalnya, saya bertemu dengan Udayev Bobur dari Uzbekistan. Negara yang selama ini hanya bisa saya lihat di peta yang jaraknya 6.815 km dari Indonesia dan sebatas tahu cerita tentang ilmuwan besarnya Ibnu Sina, kini terasa begitu dekat dengan berbicara langsung dengan salah satu delegasinya. Juga Safinah dari Thailand, salah satu teman baru yang mengikuti program Darmasiswa di UM yang selalu berusaha mengajak berbicara penjual Thai Tea yang ia temui dengan Bahasa Thailand karena iapercaya bahwa penjualnya didatangkan langsung dari negaranya. Ashlesha dari India yang semangat bercerita tentang Bahasa Hindi dan makanan-makanan India, dan masih banyak lagi. Bisa dibayangkan berapa banyak cerita-cerita baru yang saya dapatkan jika saya bertemu dengan puluhan teman dari program berbeda, seperti UM iCamp, Kredit Transfer, Darmasiswa, dan KNB.
Dengan mengikuti program magang yang terhitung singkat ini saya mendapatkan lebih banyak informasi tentang kegiatan kepemudaan dan berbagai macam workshop. Apalagi saya tergabung dengan divisi Publikasi yang bertugas untuk memastikan bahwa informasi up to date tentang konferensi, seminar, dan kegiatan serupa tersampaikan kepada teman-teman mahasiswa melalui media sosial OIA: website, faceboook, twitter, dan instagram. Dengan kata lain, kami satu langkah lebih maju mengetahui informasi tersebut dibanding teman-teman yang lain.
Dari OIA saya mendapatkan surat rekomendasi yang mengantarkan saya menginjakkan kaki di Negara Tirai Bambu, Tiongkok, tepatnya di kota Xi’an untuk mengikuti programInternational Summer Camp for College Students yang dihadiri oleh sekitar 80 mahasiswa dari 27 negara di seluruh dunia. Pertama kalinya merasakan panas 40 derajat, juga makanan yang ternyata rasanya sangat berbeda dengan Chinese Food yang dijual di Indonesia. Bell Tower yang dulunya hanya saya lihat via layar HP, kini berada tepat di depan mata. Pernah menonton film Kung Fu Panda? Saya berkesempatan untuk belajar Tai Chi, seni bela diri Tiongkok yang sering diperlihatkan oleh Po dan Master Shifu. Ternyata Tai Chi bukan sekedar seni bela diri, akan tetapi mengajarkan pentingnya inner peace dalam diri manusia.
Tiongkok terkenal dengan pemerintahan dinastinya, mulai dari Dinasti Hsia sampai Dinasti Manchu dan tiap-tiap dinasti memiliki ciri tersendiri. Di kegiatan summer camp,yakni ketika upacara pembukaan, seluruh partisipan internasional memakai baju tradisional dari Dinasti Han. Hal ini mengingat peran Dinasti Han atas pembangunan jalan sutra (the silk road), di mana sering disebut sebagai sarana interaksi peradaban dunia, yaitu jalan yang menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tengah, Kashmir, dan sampai ke Asia Barat bertemu dengan jalur Romawi. Penamaannya juga berdasar pada suksesnya perdagangan sutra yang dilakukan oleh para pedagang Tiongkok di sepanjang jalan tersebut. Lalu kota Xi’an yang dulunya dikenal dengan sebutan Chang’an adalah ujung atau titik paling timur dari jalur sutra. Sesuai dengan tema yang diusung, “Experience Silk Road Culture, Live Like Xi’an People”, kami pun mengikuti sesi upacara minum teh dan diperkenalkan dengan Shi Jing, hasil karya tulis Dinasti Zhuo, buku yang berisi kumpulan lagu rakyat Tiongkok jaman dulu. Kami juga belajar tentang Huxian Peasant Painting, menulis kaligrafi Tiongkok, dan masih banyak lagi.
Menurut saya, hal paling ‘keren’ dan berpengaruh bagi saya adalah semangat yang ditularkan teman-teman intern dan para staf HI. Ketika itu saya terancam tidak bisa berangkat ke Xi’an karena summer camp bersifat partially funded yang artinya harus membeli tiket perjalanan internasional sendiri yang tentu tidak murah. Dengan menjadi intern di OIA, saya berkesempatan mendapatkan surat rekomendasi dari direktur OIA untuk kemudian dikirimkan ke Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia di Jakarta, dan ternyata Kedutaan Besar bersedia memberikan sponsor berupa travel grant untuk saya. Maka dari itu, jika ada kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan menarik, tidak semestinya kita menyerah dengan alasan finansial.
Demikian sekilas cerita saya selama magang di OIA. Tentunya tidak semua kegiatan berjalan dengan sempurna dan menyenangkan, akan tetapi kesempatan untuk mengembangkan diri terbuka lebar di sini. Tidak hanya mengembangkan diri di bidang soft skill, akan tetapi juga dalam arti harfiah karena di OIA kami sering mendapat makanan-makanan lezat plus gratis. Apalagi bertemu dengan teman-teman baru yang lumayan bisa menambah follower di instagram. Good luck!

Penulis: Lilis Nur Hidayati
Editor: Aprilia Cahya Pramita

en_GBEnglish (UK)
×